SURABAYA - Perhelatan Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke-33 yang digelar di Pontianak merupakan salah satu aktivitas paling penting dalam perjalanan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam di Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan peranan Kongres yang menjadi struktur kekuasaan tertinggi organisasi. Kongres sendiri memiliki kekuasaan/wewenang dalam memilih pengurus besar untuk periode berikutnya dengan jalan memilih ketua umum yang sekaligus merangkap sebagai formateur dan dua mide formateur.
Hal tersebut tentu memanggil semua kader terbaik Himpunan Mahasiswa Islam seluruh Indonesia untuk menyampaikan gagasan visionernya melalui kandidasi dalam perhelatan kongres Himpunan Mahasiswa Islam.
Baca juga:
Super Air Jet Buka Rute di Bandara Dhoho
|
Diantara begitu banyak kader Himpunan Mahasiswa Islam yang terpanggil untuk mencalonkan diri, penulis tertarik untuk menyampaikan beberapa refleksi mengenai salah satu kandidat yang mengusung tagline #HMIuntukIndonesia. Tentu terkesan kurang objektif sebab hanya melalui pengetahuan dan pengalaman yang tak begitu banyak, tapi ini murni berangkat dari panggilan Intelektual untuk turut terlibat dalam suksesi Himpunan Mahasiswa Islam.
Para pemikir Himpunan Mahasiswa Islam berdialektika dalam rangka membentuk kepribadian kader Himpunan Mahasiswa Islam agar meliliki kemampuan dalam menjalankan tugas dan misinya sebagai kader umat dan kader bangsa. sehingga pedoman perkaderan memunculkan Istilah Muslim-Inteligensia.
Mengutip pedoman perkaderan maksud dari Muslim-Ilteligensia sendiri merupakan Istilah gabungan dari Muslim dan Inteligensia. Muslim disini merujuk pada identitas manusia sebagai orang yang menganut agama Islam dengan sempurna (Kaffah), yang diikuti oleh pelaksanaan segala kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah dengan tanpa terkecuali mengaktualisasikan nilai - nilai Ke-Islaman dalam konteks kehidupan berbangsa. Sedangkan istilah Inteligensia merujuk pada sebuah strata sosial dan mengindikasikan “respon kolektif” dari identitas kolektif tertentu, sebagai refleksi dari kesamaan pendidikan, psiko-sosiografis, sistem nilai, habitus, dan ingatan kolektif yang sama.
Seperti halnya Bagas Kurniawan yang mengusung tagline #HMIuntukIndonesia memiliki relevansi tinggi bagi terwujudnya pembentukan Muslim-Inteligensia. Mengapa demikian?, Tagline tersebut mendorong kepemimpinan muda yang dianggap sebagai investasi berharga bagi kemajuan bangsa Indonesia. Hal itu juga dijabarkan pada Proses kaderisasi yang progresif membentuk pemimpin masa depan, sementara kontribusi organisasi diarahkan untuk menciptakan dampak positif bagi kemajuan Indonesia.
Maka melalui perpaduan kaderisasi yang inovatif dan komitmen pada perubahan positif, organisasi Himpunan Mahasiswa Islam akan memiliki kemampuan untuk melahirkan kader yang berkomitmen untuk menjadi agen perubahan yang signifikan dalam menghadirkan kontribusi yang berarti untuk negeri ini.
Khususnya dalam menghadapi dinamika zaman yang terus berkembang, sebuah organisasi memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kader-kader berkualitas yang mampu memimpin masa depan. Visi "Membangun Organisasi Maju dengan Kaderisasi Modern dan Berkontribusi untuk Indonesia" menjadi pilar utama #HMIuntukIndonesia, mewakili tekad untuk menciptakan dampak positif yang signifikan.
Kaderisasi modern menjadi fondasi utama dalam merealisasikan visi ini. Proses kaderisasi bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan kepemimpinan yang adaptif terhadap perubahan. Dengan memadukan metode pembelajaran inovatif dan pendekatan mentorship yang terpersonal, #HMIuntukIndonesia ini bertujuan menciptakan kader-kader yang tidak hanya unggul dalam kompetensi tetapi juga memiliki nilai-nilai integritas, kolaborasi, dan kepemimpinan.
Selain itu, fokus pada kontribusi untuk Indonesia menjadi cermin dari komitmen #HMIuntukIndonesia terhadap tanggung jawab sosial. Melalui program-program yang berdayakan masyarakat dan proyek-proyek yang berorientasi pada keberlanjutan, #HMIuntukIndonesia berusaha membawa Himpunan Mahasiswa Islam menjadi agen perubahan yang berdampak positif bagi masyarakat dan negara. Dengan demikian, setiap langkah yang diambil oleh kader Himpunan Mahasiswa Islam akan membawa manfaat nyata dan berkelanjutan bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Berangkat dari konsep #HMIuntukIndonesia pemikiran perkaderan Bagas Kurniawan penulis meyakini akan terbentuknya Kepemimpinan yang meletakkan kesadaran diatas basis sosial yaitu seseorang yang memiliki gagasan kecerdasan kemanusiaan dan memahami nilai-nilai Ketauhidan serta kecintaan tanpa batas menjadi kecerdasan Ilahiyah dengan mengasah hati, moralitas, perilaku, budi pekerti untuk mendorong masyarakat menjadi sempurna sebagai faktor penentu dalam berjalannya perjuangan menggapai cita-cita Indonesia adil dan makmur.
Baca juga:
Ernest, Apa itu Dunguh?
|
Terlebih penting lagi dalam realitanya seorang Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam wajib memiliki keterampilan politik dan pemahaman yang baik tentang tata cara kepemimpinan, diplomasi, dan berbagai kemampuan lain dari kepemimpinan suatu Organisasi. Oleh sebab itulah sosok dengan latar belakang akademis juga perlu dipertimbangkan untuk menciptakan sistem epistokrasi dalam organisasi Modern.
Kampanye ini bukan sekadar ajang memperoleh dukungan, tetapi juga sebagai panggilan bersama untuk bergabung dalam perjalanan membangun organisasi yang bukan hanya maju secara internal tetapi juga memberikan nilai tambah bagi Indonesia. Melalui kaderisasi yang modern dan kontribusi yang berkelanjutan, kita dapat membayangkan sebuah masa depan di mana organisasi ini menjadi pionir dalam mencetak pemimpin-pemimpin visioner yang mampu membawa Indonesia menuju kemajuan yang berkelanjutan dan inklusif. Mari bersama-sama membangun masa depan organisasi yang lebih baik!
SURABAYA, 1 Desember 2023.
Penulis : Dzulkarnain Jamil Mahasiswa Magister Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, yang juga merupakan salah satu Instruktur Himpunan Mahasiswa Islam Koordinator Wilayah Jawa Timur.